Jurnal PubMed
Perak tidak memiliki peran biologis, dan sangat beracun bagi organisme tingkat rendah. Meskipun beberapa formulasi perak yang digunakan dalam pengobatan pada abad lalu diresepkan dan dijual untuk mengobati kondisi medis tertentu, sebagian besar senyawa, termasuk yang menunjukkan sifat luar biasa sebagai agen antimikroba atau antikanker, masih dalam tahap awal penilaian, yaitu studi in vitro, dan mungkin tidak berhasil mencapai uji klinis.
Perawatan topikal dengan perak dan balutan perak semakin banyak digunakan untuk perawatan luka lokal; meskipun demikian, bukti kegunaannya masih belum jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki dampak balutan konvensional dan balutan koloid perak pada ulkus kaki diabetik (DFU) dengan dan tanpa terapi kompresi.
Polimetil metakrilat (PMMA) sering digunakan dalam bahan restorasi gigi karena sifatnya yang baik. Akan tetapi, permukaannya cenderung mengalami kolonisasi bakteri, dan bahan tersebut dapat retak akibat tekanan pengunyahan.
Latar Belakang dan Tujuan: Penelitian telah menunjukkan sifat antibakteri, antiangiogenik, antivirus, antiinflamasi, antikanker, dan antioksidan dari perak koloid karena sifat biologis, optik, dan listriknya. Tujuan dari penelitian ini adalah efek antiinflamasi dari nanopartikel perak hasil rekayasa hayati dengan menggunakan ekstrak buah Juglans regia L. yang belum matang dan mengandung asetonitril, pada model hewan percobaan.
Nanopartikel perak (AgNP) dengan sifat antimikroba berspektrum luas semakin diminati dalam memerangi bakteri yang resistan terhadap berbagai obat. Di sini, kami menjelaskan sintesis AgNP, yang distabilkan oleh polivinil alkohol (PVA), dengan kemurnian tinggi dan ukuran homogen, menggunakan radiolisis. Elektron terlarut dan radikal pereduksi diinduksi dari radiolisis pelarut dan tidak diperlukan agen pereduksi kimia lain untuk mereduksi ion logam.
